Home

Selasa, 09 April 2013

[FanFict] UNDER THE SKY


Jumat, 1 Maret 2013, pukul 23.00
Malam itu baru saja selesai teater JKT48. Ayana dalam perjalanan pulang kerumah setelah menjalani teater yang cukup melelahkan. Meskipun lelah, ia tetap merasa sangat senang, karena hari ini Ayana mendapatkan cukup banyak gift dari fansnya.
CKIITTT!!!
Mobil yang dikendarai Ayana, Mama dan supir pribadinya mengerem mendadak. Ayana yang tidur sejak naik mobil tadi terbangun kaget. Ia kemudian melihat ke depan mobil.
“Pak Husen kenapa?! Kok ngerem mendadak gi…”, ucap Ayana agak berteriak.
Namun, ucapannya mendadak terhenti. Ayana kini tahu apa alasan supirnya mengerem mendadak dan terdiam. Di depan mobil, nampak sebuah sepeda motor berhenti menghalangi jalan. Dua orang penumpangnya kemudian turun.
Kedua orang itu menggunakan pakaian serba hitam dan sebuah kupluk hitam yang menutupi seluruh wajah kecuali kedua mata dan mulutnya. Mereka berdua membawa senjata api. Seorang yang berbadan lebih besar membawa sebuah riffle, dan yang satunya lagi, berbadan sedikit lebih pendek, membawa sebuah handgun.
Ayana merasa benar-benar ketakutan. Ia tak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Ia kemudian memojokkan diri di bangku belakang. Sementara supirnya hanya terdiam bahkan tak mampu berteriak. Mama kemudian diam-diam menekan tombol nomor darurat kepolisian.
Kedua orang bertopeng itu kemudian mendekati mobil, meminta membuka pintunya. Tentu saja pak supir memilih untuk diam dan tidak membuka pintu mobil. Mama sudah mulai menekan nomor panggilan darurat polisi.
DOR!!!
Tiba-tiba pria yang agak pendek menembakkan pistolnya ke pintu mobil belakang. Ayana kontan kaget dan berteriak sejadi-jadinya dan menangis. Ia beranjak ke kursi depan, meringkuk ke pelukan mamanya yang juga ketakutan.
Pria itu kemudian membuka pintu belakang mobil dengan paksa setelah merusak kuncinya dengan tembakan tadi. Ia memasukkan separuh badannya ke dalam, sambil menodongkan pistolnya ke kepala pak supir, sambil membuka pintu belakang di sisi lainnya.
“Diam dan jangan bergerak!! Atau gw tembak kepala ini orang!!!”, ancamnya.
Mama Ayana hanya mengangguk ketakutan. Ia sudah berkeringat dingin dan menitikkan airmata. Dalam hatinya, Mama hanya berharap tidak terjadi apapun pada siapapun yang ada di dalam mobilnya, terutama Ayana, yang sudah meringkuk ketakutan menangis sejadi-jadinya di pelukan mama.
Pria yang membawa senapan besar membuka pintu belakang satunya. Sambil tetap menodongkan pistol ke kepala pak supir, kedua orang itu kemudian mengacak-acak barang di bangku belakang. Kemudian pria berbadan besar mengambil sebuah kotak besar berbungkus kertas kado bergambar Angry Bird berwarna ungu. Setelah mengambilnya, ia kemudian keluar mobil dan menutup pintu belakang.
“Setelah ini, kalian langsung pulang!! Jangan ada yang lapor polisi jika ingin selamat!!”, ancam pria yang menodongkan pistol.
Pak supir dan Mama hanya mengangguk diam. Kemudian pria itu pun keluar dari dalam mobil dan menutup pintu kembali. Mereka berdua berjalan menuju ke arah motor mereka yang menghalangi jalan, dan kemudian meminggirkan motornya. Si pria pembawa pistol memberi kode kepada supir untuk jalan. Pak supir pun menuruti, ia langsung menggerakkan mobil dan segera pergi dari tempat itu.
Ayana yang sudah sedikit tenang, melihat mamanya dengan mata ketakutan.
“Mama ngga papa kan? Pak Husen juga ngga papa kan?”, tanyanya lugu dengan sisa-sisa air mata di pipinya.
“Iya, mama ngga papa kok sayang… Mereka cuman ngambil gift kamu yang paling gede tadi…”
Pak supir pun mengemudikan mobilnya secepat mungkin. Sesegera mungkin ia berusaha menjauh dari tempat tadi. Kejadian yang benar-benar tidak mereka harapkan.
Sementara kedua pria itu kembali mengemudikan motornya. Mereka mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. Kemudian ketika melewati jembatan sungai di Manggarai, pria yang membonceng, membuang kotak gift tadi ke sungai.
“N, apa nggak papa nih kita melakukan ini? Ayana bisa depresi nanti…”, ucap pria yang memegang pistol dari belakang.
“Ini udah yang terbaik Christ… Lebih baik dia bisa lebih depresi dari itu, malahan bisa mati…”, ucap pria yang berbadan besar sambil tetap mengemudikan motornya kencang setelah melewati jembatan tadi.
Mereka berdua pun terus mengemudikan motornya dengan kencang meliuk-liuk melewati jalan raya di malam itu. Sementara Christ menyimpan handgun dan riffle yang tadi mereka gunakan.
-oOo-
Sabtu, 2 Maret 2013, pukul 16.00
Di sebuah restoran di fX Mall, sekelompok pemuda sedang berkumpul. Mereka asik membicarakan idol grup favoritnya, JKT48. Sambil tertawa sesekali, sekumpulan pemuda yang berjumlah 6 orang itu seakan meramaikan seisi restoran.
“Wih, liat nih…. Ada bom meledak di sungai Manggarai… gokil!!”, ucap salah seorang pemuda.
“Buset!! Makin horor aja Jakarta ya bro…”, sahut yang lain.
Kemudian mereka sibuk membicarakan berita heboh itu. Memang berita bom meledak itu cukup menjadi berita hangat hari itu. Bom yang bisa saja memberi efek ledakan lebih besar, jika tidak berada di sungai.
Untung saja meledak di sungai, yang hanya menyebabkan beberapa bendungan rusak sedikit. Efek ledakan bom berkurang karena efek terendam air. Sekelompok pemuda itu asik membicarakan kejadian itu, kecuali 3 orang pemuda yang lebih memilih untuk diam. Dua orang pemuda berkacamata, dan satu orang pemuda berrambut gondrong keriting, lebih memilih menikmati makanan dan rokok yang ada di hadapan mereka.
“Ada apaan woy, rame banget?”, ucap seseorang yang baru datang.
“Christ, udah baca berita? Ada bom meledak di Manggarai… Gile…”, ucap salah seorang.
“Wah, serem juga Jakarta ya sekarang… Njir, untung aja rumah gw jauh dari situ…”, lanjut Christ sambil duduk di sebelah dua orang pemuda berkacamata yang sedang asik makan.
Christ dan N baru saja datang dan bergabung ke dalam kumpulan itu. Christ adalah seorang pria dengan tubuh kekar dan rambut jabrik. Sekilas, orang akan melihatnya sebagai wajah seorang residivis, karena wajahnya yang memang garang. N, adalah sesosok pria bertubuh besar dan kekar, dengan kulit gelap, dan rambut gondrong diikat. Jika Christ memiliki wajah seorang residivis, mungkin orang akan menilai N sebagai seorang gembong narkoba karena sosoknya yang seram. Meskipun begitu, orang akan merasa lucu jika tahu mereka sebenarnya adalah fans dari sebuah idol grup, JKT48.
Setelah mengambil tempat duduk, mereka pun memesan minuman dan ngobrol dengan yang lain.
“Kemana aja baru dateng Christ?”, ucap pemuda berkacamata yang berbadan kecil.
“Biasa, abis beres-beres kandang gw Shaw… Hahaha…”, balas Christ sambil bercanda.
“Alaaahh, lo mah palingan idoling dulu di kamar sampe klimaks… pffftt…”, sahut si pria berkacamata satunya, yang berbadan sedikit agak gemuk.
“Hahaha, baru seneng doi, abis ngapelin cewe idolanya, Ray….”, sambung N sambil meledek Christ.
“Hahahahaha…” mereka berempat pun tertawa ringan.
Percakapan di sore itu berlangsung cukup ramai. Tiga orang asik sibuk membicarakan berita bom dan ngobrol kesana-kemari tentang berita itu. Semetara lima orang yang lain, Christ, N, Ray, Shaw dan si kribo asik ngobrol di forum sendiri tak memedulikan berita heboh itu.
Tak terasa sudah hampir 2 jam mereka ngobrol di sore itu. Begitu asik obrolan yang mereka bicarakan dan tentu saja tak jauh-jauh dari idola mereka. Hingga tiba-tiba handphone Ray berdering.
“Halo… Kenapa bro??”, ucapnya mengangkat panggilan telepon.
“Iya, kita lagi di resto biasa tempat ngumpul…”, lanjutnya seolah bermonolog.
“Sekarang nih? Oke, ketemu di tempat biasa aja ya…”, tutup Ray mengakhiri pembicaraan di telepon tersebut.
“Kenapa Ray?”, tanya Christ.
“Biasa, ada yang seru-seru… Yuk ah cabut…”, ucap Ray.
“Oh, oke….”, balas Christ.
Christ, N, Ray, Shaw dan pria kribo pun mengemasi barang mereka bersiap untuk pergi.
“Guys, kita duluan ya… Dicari bos nih… Hahahaha…”, ucap Shaw.
“Yah, buru-buru amat… Ati-ati ye di jalan… Salam buat bos…”, balas salah seorang dari mereka.
“Oke… Nanti nongkrong lagi aja…”, tutup N.
-oOo-
Sabtu, 2 Maret 2013, pukul 20.00
Christ dan keempat temannya tiba di sebuah rumah di sebuah komplek perumahan pejabat. Sebuah rumah yang berukuran tidak teralu besar, namun tampak sepi, karena memang tidak setiap hari ditinggali oleh pemiliknya. Setelah memarkir motornya, mereka berlima pun segera masuk ke dalam rumah itu.
Di dalam rumah, sudah menanti seorang pria. Ia mengenakan sebuah jaket sambil duduk di depan sebuah laptop kecil. Pria itu memiliki postur tubuh yang agak kurus, dan berjenggot cukup panjang, layaknya para aktivis islam.
“Kenapa Zhak, tiba-tiba nyuruh kemari? Nggak ikutan nongkrong di tongkrongan aja tadi??”, tanya N setelah memasuki ruangan.
“Christ…. N… Lo berdua semalem bikin kesalahan nggak?”, tanya Zhak tiba-tiba.
“Kesalahan? Hmmm… Harusnya sih nggak… Palingan target agak shock dan nangis… Kenapa emang kok tiba-tiba tanya?”, balas Christ.
“Entah… Gw tiba-tiba di telpon bos besar suruh ngumpulin tim…”, ucap Zhak.
“Waduh, bos besar bilang gitu… Mampus nih pasti ada yang salah…”, ucap si pemuda kribo agak khawatir.
“Tenang aja Niq… Gw ama Christ yakin kok semalem semua lancar…”, ucap N menenangkan Niqolas.
“Yaudah, sekarang semua pada siap-siap lah… Sejam lagi bos besar dateng…”, ucap Zhak sambil beranjak dari tempat ia duduk.
-oOo-
Sabtu, 2 Maret 2013, pukul 21.15
Di rumah tempat Christ, N, Ray, Fay, Niqo dan Zhak berkumpul. Keenam pemuda ini berdiri berjajar sambil mengikat kedua tangannya ke belakang, bersikap istirahat di tempat, sambil berdiri tegap. Keempat pria ini mengenakan sebuah seragam yang sama, sebuah seragam serba hitam, dengan sedikit corak abu-abu garis. Di dada kanan mereka, tercantum sebuah simbol dengan tulisan “ASAS” yang merupakan kependekan dari “Asian Secret Agent Service”.
Asian Secret Agent Service, merupakan sebuah organisasi bawah tanah. Organisasi ini tidak memiliki informasi yang beredar dimanapun. Organisasi ini merupakan organisasi rahasia yang memiliki tugas sebagai organisasi bayaran yang memiliki jaringan se-Asia Pasifik. Nampak di depan barisan keenam pemuda yang berdiri sejajar itu seorang pria bergaya bos dengan jas rapi menghisap sebatang cerutu.
“Christ… Field Agent… Spesialisasi short range battle…”, ucap pria tersebut.
“Siap!”, ucap Christ lantang.
“N… Field Agent… Spesialisasi tactical battle…”, lanjut pria itu.
“Siap!”, ucap N lantang.
“Niqolas, Field Agent, Spesialisasi long range shooter… Ray, Office Agent, Spesialisasi web hacking… Shaw, Office Agent, spesialisasi internal access… dan Mizhak, Office Agent, spesialisasi public issues control…”, ucap bos memanggil nama mereka satu persatu dan diteruskan dengan seruan siap dari masing-masing.
“Siapa mastermind kejadian bom semalam?”, tanya bos agak pelan.
“Siap! Saya bos!”, ucap N sebagai koordinator tim.
“N… Kamu ternyata… Pantas saja…”, balas bos.
“Siap bos!”, jawab N.
“Nice job… Nice decision… Tapi kenapa kamu tidak deactive kan saja bom nya di mobil? Kan kamu nggak perlu kehabisan waktu dan harus membuang bom itu di sungai?”, tanya bos.
“Siap bos! Saya tidak memikirkan sejauh itu.”, jawab N.
Sebenarnya N dan Christ bisa saja semalam melakukan deaktivasi bom di tempat. Tapi N memutuskan untuk tidak melakukannya. Ia tahu Ayana, anggota idol grup JKT48, ada di dalam mobil itu. Jika Ayana tahu, ada gift dari fans berisi bom yang hendak mencelakainya, hal itu akan menjadi sebuah trauma yang berkepanjangan, bahkan Ayana mungkin tidak akan mau menerima gift lagi.
N, sebagai kapten tim, memutuskan untuk seolah membajak mobil Ayana, dengan bertaruh shock dari dirampok akan lebih ringan daripada shock menerima bom dari gift fansnya. Dengan begitu, Ayana tidak tahu bahwa ada bom di dalam gift yang ia terima, dan hanya mengetahui kejadian semalam sebagai pembajakan biasa.
Karena pembajakan itulah, N dan Christ harus merelakan waktu yang hilang untuk mendeaktivasi bom, dan membuangnya di sungai untuk mengurangi efek ledakan. Semua ini N dan Christ lakukan, karena mereka mempertimbangkan faktor tersebut, sebagai orang yang peduli akan pertimbangan kondisi mental target. Terlebih, mereka adalah fans idol grup tersebut, tidak hanya N dan Christ, tapi keenam pemuda tersebut.
“Well done… Tapi harus ada masalah berita publik yang harus kalian bereskan karena ledakan di sungai itu…”, ucap bos, sambil beranjak dari kursi tempat ia duduk.
“Siap bos!! Saya akan handle!!”, ucap Mizhak merespon bosnya.
“Oke, payment sudah di transfer… Thanks buat job kalian…”, tutup si bos.
Sang bos pun mematikan cerutunya ke dalam sebuah asbak. Ia pun melangkah menuju pintu, bermaksud untuk meninggalkan ruangan tersebut.
Begitulah kehidupan yang mereka jalani. Ditengah identitasnya yang teman-temannya ketahui sebagai seorang fans JKT48, mereka berenam secara diam-diam memiliki pekerjaan sebagai secret agent. N, seorang bersosok besar, field agent yang tangguh dalam tactical attack. Wajah sangarnya, bukan merupakan hiasan belaka. Dibalik sosoknya yang mengidolakan JKT48, ia adalah seorang agent yang beberapa kali menghadapi misi hidup dan mati.
Christ, seorang field agent yang tangguh dalam short range battle. Rambut jabrik gaya khasnya, bukan merupakan gaya harajuku yang banyak pemuda tiru. Gaya rambut itu ia gunakan untuk menutupi bekas luka bacok di kepalanya. Selain kepala, bahkan hampir seluruh tubuh Christ memiliki belasan luka baik peluru maupun benda tajam.
Niqolas, seorang ahli jarak jauh. Rambut kribo dan motor matic expressnya merupakan ciri khasnya. Memang tubuhnya terlampau kurus, tapi dengan kemampuan akurasi tembakan jarak jauhnya, ia merupakan seorang sniper yang handal. Di dalam kehidupan sehari-harinya, ia memiliki hobi fotografi. Maka tak heran jika hasil fotonya banyak diakui oleh media dan fans. Jangankan goyang ketika mengambil gambar jarak jauh, bergetar sedikitpun ia tidak.
Ray, seorang berkacamata dengan tubuh yang agak berisi. Keahliannya adalah hacking ke dalam setiap akses domain web. Bukan hal yang sulit baginya untuk memasuki dan menghack website yang ada di Indonesia. Tapi ia tak melakukan itu, karena bukan itu kepuasan baginya. Meski merupakan pemilik dari 5 web yang masuk ke dalam 50 web dengan traffict tertinggi di Indonesia, Ray, tak pernah memamerkan kemampuannya. Ia cukup puas dengan hidupnya yang menikmati idoling.
Shaw, ahli access jaringan internal. Dengan tubuh kecilnya dan berkacamata, orang tak pernah melihatnya sebagai sosok yang perlu disegani, orang banyak yang meremehkannya. Namun, dibalik itu, memasuki akses setiap cctv ataupun jaringan internal lain, bukan masalah untuknya. Bersama Ray, mereka berdua menjadi kombinasi Hacker Office Agent yang sempurna.
Dan Mizhak, pria berjenggot kambiing, yang terakhir. Seorang ahli kontrol media dunia maya. Tak ada sedikitpun berita dunia maya yang beredar yang luput darinya. Dia pun mampu menjadi pemicu sebuah berita ataupun hal lain yang berhubungan dengan berita yang beredar. Jika kalian pernah melihat beberapa berita yang ternyata palsu dan hanya isu semata, jangan heran jika semua itu sebenarnya adalah pekerjaan Mizhak. Ia bahkan sanggup mengontrol berita dengan membuat berita palsu yang bahkan dipercayai oleh sebuah media nasional sekalipun.
Keenam orang ini hanya memiliki satu kesamaan, yakni menyukai Idol Grup JKT48. Kesamaan inilah yang membuat mereka bisa menjadi sebuah tim yang solid. Bukan sebuah kebetulan mereka ditempatkan di Headquarter area Jakarta Selatan. Tapi lebih merupakan kepada takdir, takdir yang akan membawa mereka menemui misi-misi berbahaya lainnya.
Sang bos pun melangkah melewati pintu menuju ruang tamu. Keenam pemuda itu mengiringinya keluar. Ketika sampai di pintu keluar, asisten bos pun membukakan pintu tersebut, kemudian nampak pemandangan diluar pintu. Belasan agent asisten bos sudah menanti, berikut mobil yang siap dikendarainya. Ya, memang seperti itulah seorang bos dari organisasi seperti ini, selalu dengan kawalan belasan agent. Bahkan mungkin dengan agent yang jauh lebih tangguh daripada keenam pemuda tersebut.
Sesaat sebelum keluar, bos berhenti tepat di depan pintu. Ia mengeluarkan sebuah kertas, sepertinya sebuah kontrak kerja. Kemudian bos menolehkan wajahnya ke belakang, memandang ke arah enam pemuda itu.
“Errmmm…”, gumam bos sambil membersihkan giginya dari bekas-bekas kue yang barusan ia makan.
“Kalian pasti tahu, tempat kalian sering nongkrong… Sepertinya kalian berenam harus cari tempat tongkrongan lain… Tempat kalian sering mampir itu… Dua minggu lagi akan dihabisi… Ini kontrak dari salah seorang klien yang sudah dijalankan dan saya setujui… So, silakan mencari tempat nongkrong baru ya…”, ucap bos tegas.
Bos pun kemudian keluar, diikuti dengan asistennya yang menutup pintu. Terdengar suara beberapa langkah sepatu pantofel. Sepatu yang digunakan oleh para asisten bos. Kemudian suara pintu mobil yang tertutup, diikuti dengan suara mesin mobil yang menyala, menutup rangkaian malam itu. Kini tinggal hening suara air mancur di depan rumah yang terdengar.
Keenam pemuda itu hanya diam, kaget sekaligus tidak percaya. Tempat mereka sering berkumpul dengan teman-temannya yang lain, yang tidak mengetahui apapun tentang mereka berenam. Tempat dimana idola mereka hampir setiap hari berada untuk melakukan teater dan kegiatan lainnya. Tempat berkumpul para fans yang mengidolai JKT48, fX Mall Sudirman.
Tempat itu akan dihabiskan, setidaknya itulah yang mereka dengar dari kata-kata terakhir bos barusan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar