Home

Rabu, 10 April 2013

[Fanfict] Terimakasih, Idola yang Tak Terlihat


Pagi itu Aldi sedang memainkan gitar di halaman depan rumahnya. Walaupun umurnya 14 tahun, ia tidak bersekolah layaknya anak normal karena matanya yang buta semenjak ia dilahirkan. Saat sedang melantunkan melodi dengan gitarnya, ia tidak sengaja mendengar pembicaraan ibu-ibu yang sedang lewat di depan rumahnya. Ibu-ibu itu mebahas mengenai keseruan anak-anak mereka saat melihat konser grup idol yang bernama JKT48.
“Apa itu jeketi fortieit?” batin Aldi sambil perlahan memasuki rumahnya. “Bu? Apa itu jeketi fortieit?”, tanya Aldi pada ibunya.
“Lho? Apa itu? Artis?”, jawab ibunya.
“Kok malah tanya sih Bu, Aldi aja gak tau kok.”, balas Aldi.
“Tanya sama Fian aja nanti sepulangnya dia dari sekolah” saran ibunya.
“Iya udah, nanti aku ke rumah Fian ya” balas Aldi dengan riang.
“Iya, tapi hati-hati lho” kata ibunya.
Fian adalah teman kecil Aldi yang dianggap saudara sendiri oleh Aldi. Rumah Aldi dan Fian berdekatan jadi Ibu Aldi tidak khawatir jika Aldi pergi kerumah Fian.
Sore harinya Aldi pergi ke rumah Fian dengan ditemani tongkat jalannya. Setelah sampai di depan rumah Fian, “Aldi, ngapain?”.
“Mau ngobrol sama kamu. Ada waktu gak?” sahut Aldi.
“Banyak, ayo masuk.” Balas Fian. Lalu Fian menuntun Aldi masuk ke kamarnya.
“Ada apa nih?” tanya Fian.
“Tau jeketi fortiet gak?” balas Aldi.
“Oh…, JKT48 itu….” Fian pun segera menjelaskan JKT48 pada Aldi. Dengan antusiasnya ia memutarkan lagu-lagunya bahkan sampai menunjukan foto-foto member JKT48.
“Ehm, aku gak bisa lihat. Inget?” kata Aldi.
“Oh iya, lupa. Hehehe maaf Di” balas Fian. Mereka mebicarakan JKT48 hingga matahari berubah kemerahan. Setelah puas degan informasi yang diberikan Fian, Aldi segera pulang.
“Besok nonton ke teater JKT48 yuk, kan libur” ajak Fian dengan antusias.
“Buat apa?” tanya Aldi.
Sejenak Fian terdiam.
Dengan sedikit tawa kecil Aldi menjawab “Hehe, kalo ngajak yang yakin dong. Tenang aja aku ikut. Tapi jagain. Aku gatau jalan soalnya. Hehehe”.
Keesokan harinya, mereka pamit dengan kedua orang tua mereka dan berangkat menuju fX tempat JKT48 teater dengan menaiki taksi yang sudah Fian pesan.
-oOo-

Sesampainya disana Fian melihat dengan girang keadaan sekitarnya. Bahkan Fian hampir melupakan Aldi yang terlihat bingung dengan keadaan sekitar.
“Yan, yang bener dong. Aku jangan ditinggal.” ucap Aldi.
“Hehe, maaf” ucap Fian sambil merangkul Aldi. Mereka segera menuju lantai 4 tempat teater JKT48 berada.
Sesampainya disana, Aldi disuruh menunggu di sebuah bangku panjang di dekat theater.
“Aku mau nuker tiket dulu, amu tunggu sebentar ya” kata Fian.
“Siap” jawab Aldi dengan semangat. Fian pun meninggalkan Aldi untuk menukarkan tiket.
-oOo-

Cukup lama Aldi duduk sendiri menunggu Fian. Aldi duduk di tempat yang tidak ramai, bahkan cenderung sepi. Fian juga tahu, ia tidak mungkin meninggalkan Aldi duduk sendirian di tempat yang ramai tanpa dirinya. Maka Fian pun memilih sebuah tempat duduk di dekat area bermain anak yang tidak banyak orang berlalu-lalang. Kebetulan tempat itu sepi karena hari ini merupakan hari kerja.
Tidak lama setelah Fian pergi ada sesosok perempuan yang tiba-tiba duduk disebelah Aldi. Aldi menyadari seseorang duduk di sebelahnya. Namun karena ragu dan takut, ia tidak mencoba memulai percakapan.
“Mau nonton teater?” tanya perempuan itu tiba-tiba.
“Eh, … iya. Temenku lagi beli tiket. Karena gini aku jadi disuruh nunggu heheh” jawab Aldi dengan sedikit nada canda. Perempuan itu diam cukup lama mendengar kata ‘karena gini’. Kemudian ia mencoba melihat wajah Aldi dari depan, dari jarak dekat, kemudian perempuan itu pun tersenyum.
“Hmm, kenapa pengen lihat teater?” tanya perempuan itu.
“Kenapa? Aku gak tau. Gak ada alasannya. Mengantar teman mungkin” jawab Aldi gugup. “Aku gak bisa lihat. Mungkin aneh kalo ada orang buta malah mau lihat teater. Kata orang-orang sih anggotanya cantik-cantik. itu sih kata mereka yang bisa melihat.” lanjut Aldi.
Sejenak terjadi pemberhentian pembicaraan di antara Aldi dan perempuan itu. Cukup lama mereka terdiam, hingga akhirnya perempuan itu beranjak berdiri dari tempat duduk.
“Wah, seneng dong ya mau nonton teater. Nanti kalau habis selesai nonton ceritain ke aku yah…” perempuan itu berbicara di depan Aldi sambil tangan kanannya menepuk pundak kiri Aldi.
Ketika Aldi mencoba menjawab kata-kata dari perempuan tadi, tiba-tiba tidak ada balasan. Perempuan itu sudah pergi setelah menepuk pundak Aldi. Aldi pun bingung dengan perilaku perempuan yang dari tadi duduk disebelahnya itu.
-oOo-
Fian kembali dengan dua tiket ditangannya.”Yuk masuk. Tapi kita antri Bingo dulu nih, hehehe” ajak Fian semangat.
Mereka berdua langsung mengantri Bingo, dan kebetulan mendapat bingo pertama dan tentunya duduk kursi paling depan teater.
Terdengar antusias penonton yang begitu menggebu-gebu, begitu pula Fian. Namun, Aldi hanya bisa mendengar teriakan-teriakan itu. Teaterpun dimulai, Aldi menikmati alunan lagu yang ditampilkan para member JKT48. Seketika Aldi ingat dengan pertanyaan perempuan tadi tentang alasan Aldi untuk nonton teater.
Di tengah acara Aldi berbisik pada Fian, ”Apa karena suasana yang seperti ini kamu jadi suka JKT48?”.
Fian terdiam dan menanyakan maksud pertanyaan Aldi tadi.
Aldi melanjutkan “Sekeren atau sebagus apa saat mereka tampil? Apakah mereka seperti bidadari turun seperti apa yang banyak orang bilang?”.
Fian terdiam sejenak.
“Kita lanjutkan nanti saja ya Di. Gak kedengaran nih.” alih Fian. Fian pun melanjutkan sorak-sorakannya sambil menonton pertunjukkan, sementara Aldi mencoba menikmati lantunan melodi yang hanya bisa ia nikmati melalui audio saja.
-oOo-
Saat pertunjukan selesai, mereka berdua keluar. Mereka mencari tempat duduk dan mendapatkannya di sebuah kursi panjang di lantai bawah.
“Mereka bukan bidadari. Maaf Di. Kali ini aku gak bisa jawab pertanyaanmu. Entah kenapa aku gak bisa jawab pertanyaanmu.” Ucap Fian pada Aldi. “Tapi satu hal yang pasti, mereka menghibur siapapun yang datang ke teater JKT48, tanpa terkecuali.”
“Begitu yah… tanpa terkecuali…” gumam Aldi lirih.
Mereka melanjutkan dengan makan malam sebelum akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah.
Setelah cukup, dan waktu sudah menunjukkan pukul 18.30, mereka memutuskan untuk pulang. Mereka naik taksi untuk pulang. Diperjalanan, mereka mengungkapkan pikiran mereka setelah menyaksikan teater yang telah mereka lihat tadi.
Tidak bosan-bosannya Fian menjelaskan detil penampilan member selama diteater tadi mulai dari kostum, makeup, koreografi, blocking, ekspresi, hingga lambaian-lambaian tangan dan kedipan mata yang secara langsung maupun tidak menghipnotis semua penonton teater.
Tidak terasa perjalanan telah menempuh waktu sekitar 1 jam. Mereka telah tiba di tujuan.
“Lho? Apa itu di sakumu Di?” Tanya Fian.
Ada sehelai kertas berwarna merah terlipat rapih yang menonjol keluar dari saku pinggang kanan dari jaket Aldi.
“Hah? Kertas apa?” aldi mencoba meraba sakunya. Sedikit kaget, ia menemukan kertas itu, dan mengambilnya dari saku.”
Aldi mencoba membuka kertas merah yang dilipat itu dengan rabaan tangannya.
“Yan, ini apa ya? Seperti surat…” tanya Aldi sambil membuka lipatan kertas.
“Lho, kok kamu malah nggak tau? Emangnya itu kertas dari mana?” tanya Fian.
“Entahlah, aku juga nggak ingat… Eh, Yan, ada tulisannya nih…” sahut Aldi sambil meraba-raba permukaan kertas itu, ia merasakan ada bekas-bekas goresan alat tulis di atasnya.
“Sini coba aku lihat…” Fian menawarkan bantuan.
“Tolong Yan kamu bacain…” Aldi menyerahkan kertas merah itu ke Fian.
Seketika Fian berhenti berjalan. Suasana menjadi hening.
“Yan, kok berhenti?” tanya Aldi kaget.
Masih hening, hanya suara nafas Fian terdengar di tengah-tengah keheningan itu. Aldi mendengar seperti ada kata-kata yang tertahan di mulut Fian. Tetap hening beberapa saat, sampai Fian terbata-bata mulai bicara kepada Aldi.
“D-d-d-di… k-ka-mu h-harus b-ba-baca ini Di…” ucap Fian sambil terbata-bata menunjukkan kertas itu dan membacakan tulisannya kepada Aldi. Sebuah kertas yang berwarna merah di sisi luarnya, dan berwana putih di sisi dalamnya, sisi dimana terdapat tulisan tangan dari bolpoint berwarna emas, dan di sisi merah, pada pojok kanan atas, terdapat sebuah simbol yang tidak asing, simbol JKT48, sebuah surat yang memang diperuntukkan kepada Aldi. Sebuah surat singkat dari perempuan berperilaku aneh yang tadi sempat duduk di sebelah Aldi.

“Gak tahu harus berkata apa pas tau kalau kamu gak bisa lihat…
Terima kasih banyak ya sudah mau datang… Semangat…. Tetap dukung JKT48 ya….
-JKT48 Kapten, Kinal-”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar