Home

Rabu, 10 April 2013

[Fanfict] Boku no Kokoro no Hana (Veranda)


Judul: (僕の心の花) Boku no Kokoro no Hana (Veranda)
Terjemahan:
Boku (僕) = Saya/Aku
Kokoro (心) = Hati
Hana (花) = Bunga
(僕の心の花) Boku no Kokoro no Hana (Veranda) = Bunga Dihatiku (Veranda)
Original Story by: Dhira Nandiwardhana
Editing by: #TimUwo
-oOo-
僕の心の花

Minggu pagi itu, seperti biasa Hana mengayuh sepeda kesayangannya di jalanan yang penuh dengan orang-orang yang sedang berolahraga. Remaja putri yang minggu depan akan genap umurnya menjadi 17 tahun merupakan sosok kutu buku pendiam di sekolahnya. Tak heran jika banyak dari teman-teman Hana yang mengucilkannya di kelas. Namun dibalik sosoknya itu, ia rela menghabiskan waktu istirahatnya untuk menjaga perpustakaan di sekolahnya. Ditengah kayuhan sepedanya, ia terhenti.

“Han …” terdengar suara dari belakang memanggil namanya.
Hana pun menoleh ke belakang, “Lho? Ivan?” ucap Hana tak percaya.
Sambil terengah-engah ivan mulai membuka mulutnya, “Udah lama gak ketemu nih. Hehehe. Kemana aja? Ke danau yuk. Kayak dulu.” ajak Ivan dengan melempar senyum pada Hana.
Mereka berdua saling bicara sembari berjalan menuju danau tempat dulu awal mereka bertemu. Ivan merupakan satu-satunya orang dapat mengerti perasaan Hana. Meskipun Hana jarang berbicara dengan orang lain, Hana bisa jadi sangat cerewet bila bertemu Ivan. Tempat tinggal mereka berbeda semenjak ayah Ivan dipindah tugaskan ke luar negeri. Hampir 8 tahun mereka berpisah sejak saat itu, dan tentu saja hari ini sangat mengejutkan Hana melihat sosok Ivan tiba-tiba muncul dihadapannya.
“Eh, gimana kabar? Kok kesini? Mau pindah sekolah kesini?” Tanya Hana penasaran.
“Weh, tenang. Satu-satu dong tanyanya… hehehe. Kabar baik kok. Aku kesini cuman mampir kerumah nenek. Karena kangen danau, jadinya kesini deh. Eh, gataunya malah ketemu kamu.” balas Ivan.
“Hmm… gimana diluar negeri? Enak gak? Punya temen banyak gak disana? Terus…..” percakapan mereka berlanjut hingga akhirnya Ivan mendapatkan pesan singkat dari keluarganya.
“Han, duluan ya. Aku udah ditunggu ayahku nih. Oiya, ini buat kamu. Aku dapet dari temenku. Anggap kenang-kenangan. Hehehe.” pamit Ivan sembari memberi sebuah kertas foto dengan gambar perempuan disana.
“Kapan kapan kita ketemu lagi ya…” suara Ivan yang semakin menjauh pergi tak lagi terdengar oleh Hana.
Sambil menahan perasaan senang, sekaligus bingung, Hana memperhatikan foto yang diberi oleh Ivan. Rasa campur aduk berkecamuk di hati Hana. Yap, selama hidupnya, belum ada satu laki-laki pun yang bisa membuat Hana merasa nyaman berbicara. Hanya Ivan lah teman Hana yang selalu bisa mengerti perasaan Hana sejak dulu. Walaupun Hana memiliki karakter yang pendiam dan introvert, Ivan selalu bisa mencari celah agar Hana bisa merasa nyaman disampingnya.
Sejenak Hana membaca tulisan yang ada di foto yang Ivan berikan tadi, “Jessica Veranda? JKT48? Apa ini?” batin Hana bingung.
Tak ingin tenggelam dalam pertanyaan, akhirnya Hana memutuskan untuk pulang dan mencari tahu siapa gadis di foto yang diberikan oleh Ivan.
-oOo-
Melalui informasi yang ia peroleh dari internet, Hana akhirnya tahu bahwa foto itu adalah sebuah merchandise milik satu Idol Grup di Indonesia, JKT48. Ia pun tahu bahwa foto itu disebut oleh fans sebagai Photopack. Rasa heran sebenarnya memenuhi benak Hana. Mengapa Ivan memberinya sebuah Photopack JKT48? Namun, rasa heran itu tertutupi oleh rasa senangnya bertemu kembali dengan Ivan.
“Ah, mungkin Ivan hanya sedang bahagia ngefans sama JKT48.” bisiknya dalam hati.
Setelah cukup puas mengupas informasi tentang siapa itu Jessica Veranda dan apa itu JKT48, Hana mengirim chat pada Ivan. Hana bermaksud untuk mencoba memahami perasaan bahagia Ivan dengan turut mengerti hal-hal yang sedang membuat Ivan senang. Tanpa terkecuali dengan ikut memahami dan menyukai JKT48.
“Ciee, yang sekarang sukanya sama idol grup. Hehehe :P ” ketik Hana di chat.
Tidak lama setelah itu, Hana mendapat balasan, “Biarin, orang namanya suka kok. Eh, kapan-kapan lihat teaternya bareng yuk. Aku disini sampai minggu depan. Kalo hari sabtu atau minggu kamu kosong, ayo lihat bareng…” ajak Ivan.
Hana dibuatnya senyum-senyum sendiri. Perasaan senang melanda hati Hana. Percakapan chatting pun berlangsung lama sepanjang malam itu, dan akhirnya mereka setuju untuk melihat teater pada hari sabtu depan.
-oOo-
Disekolah saat istirahat, seperti biasa Hana sedang menjaga perpustakaan.
“Maaf kak, mau tanya ensiklopedia edisi alam semesta ada di sebelah mana ya?” tanya salah seorang siswa pengunjung perpustakaan.
“Itu dek, di rak nomor…”  sejenak Hana terdiam.
“Kak?” tanya anak itu heran.
“E-eh, oiya. Itu dek di rak kedua dari atas kumpulan ensiklopedia.” ucap Hana.
“Oke kak. Makasih kak” balas anak itu.
Sejenak Hana beranjak dari kursinya dan menuju rak majalah. Hana cukup kaget dia menemukan sebuah majalah dengan cover JKT48.
“Wah, ternyata ada majalah seperti ini juga di perpustakaan” Hana membatin.
Ia pun mengambil majalah itu dan berniat untuk membacanya.
“KRIIIIIINNGGGG!!!” bel akhir istirahat berbunyi.
Hana memutuskan untuk meminjam majalah itu dan membawa majalah itu kerumah. Ditengah-tengah pelajaran di kelas, Hana penasaran untuk membaca majalah itu. Ia pun membuka dan mulai membaca majalah secara diam-diam agar tidak tertangkap guru sedang membaca majalah.
“HANA! Apa-apaan kamu. Baca majalah saat pelajaran. Majalah apa ini?!!!” ucap sang guru sembari menarik majalah itu dari tangan Hana. Celaka! Pak Guru mendapati Hana sedang membaca majalah itu di kelas!
Seisi kelas sontak melihat ke arah meja Hana dan Pak Guru yang sedang mengangkat tingi-tinggi majalah itu. Semua mata mengarah ke majalah yang sedang dipegang oleh Pak Guru.
“Lesbi… Hana lesbi… hahahaha” bisik-bisik riuh rendah teman sekelas Hana saling menyaut. Serentak satu kelas menggumam. Hana hanya bisa terdiam tertangkap basah oleh Pak Guru, ditambah ia mendengar bisik-bisik teman sekelasnya, perasaan Hana makin campur aduk.
“Sudah! Hana kamu berdiri di depan kelas sebagai hukumanmu sampai pelajaran usai. Majalah ini Bapak sita! Ambil saat pulang sekolah nanti!” perintah pak guru.
Hana hanya tertunduk dan menuruti perintah Pak Guru. Ia pun berdiri di luar kelas hingga pelajara usai.
-oOo-
Setelah pelajaran usai, Hana diperbolehkan masuk kelas. Betapa kagetnya Hana mendengar bisik-bisik teman sekelasnya yang semakin jelas. Cibiran dari teman-temannya mulai meluncur bagai air yang mengalir cepat dari tempat tinggi. Hana tak bisa melawan. Hanya diam tertunduk. Sebenarnya Hana ingin sekali menangis. Namun, untuk menangis pun Hana sudah tidak punya kekuatan untuk melakukannya.
Pelajaran berikutnya dimulai. Ditengah cibiran itu, Hana hanya bisa bersabar, menahan suara-suara yang masuk ke telinganya. Lesbi… Lesbi… Lesbi… Kata itu selalu terdengar lirih dari semua penjuru kelas.
Hana hanya bisa berpikir positif untuk menghibur dirinya.
“Mungkin salahku juga, aku terlalu diam di kelas. Sejak dulu jarang sekali punya teman main, terlebih teman laki-laki, apalagi pacar. Mungkin sudah menjadi hal yang wajar mereka semua mengira aku lesbi karena diam-diam aku membaca majalah itu di kelas.” batin Hana dalam hati.
Perlahan, dengan hening, air mata pun menetes dari permukaan bola matanya. Setetes, dua tetes, akhirnya kini air mata Hana membasahi pipinya. Hana mulai menangis tanpa suara. Hanya air mata yang mengalir tanpa henti. Bahkan teman sekelasnya pun tak ada yang menyadari tangisan Hana. Tangisan seorang gadis anti sosial yang dikucilkan oleh teman sekelasnya.
-oOo-
“KRIINGGGG” bel pulang akhirnya berbunyi. Hana mulai membereskan meja dan tas nya. Air mata di pipi Hana kini kering, tanpa terusap. Bahkan Hana pun tak menyadarinya.
Setelah seisi kelas keluar, Hana mulai beranjak dari mejanya. Dengan langkai agak gontai, Hana menuju ruang guru untuk mengambil majalah yang disita oleh Pak Guru tadi.
Sampai di ruang guru, ia pun disambut dengan lembut oleh Pak Guru.
“Kenapa kamu baca majalah saat jam pelajaran saya?” tanya Pak Guru agak lembut dibandingkan dengan saat marah di kelas tadi.
Sambil bersuara kecil, Hana menjawab, “Saya penasaran dengan idol grup yang sedang naik daun itu Pak.” jawab Hana.
“Ya tapi kan gak waktu pelajaran. Kamu ini… aneh aneh aja. Udah sana pulang. Ini majalahnya. Saya nggak mau kamu baca majalah lagi di kelas” perintah Pak guru sembari memberikan majalah pada Hana.
“Terimakasih Pak.”
-oOo-
Di perjalanan pulang Hana sempat melihat kumpulan laki-laki yang mengenakan kaos JKT48. Rasa penasaran kembali memberontak di hati Hana. Ia ingin sekali bertanya banyak kepada mereka mengenai JKT48. Namun, mengingat apa yang terjadi di kelas tadi, Hana mengurungkan niatnya, dan memutuskan untuk pulang kerumah saja.
Sesampainya dirumah, Hana mendapat chat dari Ivan.
“Han, besok ternyata aku dapat tiket teater JKT48 yang show malam. Kita nonton yuk… hehehe” ajak Ivan.
Seketika Hana terdiam. Bingung harus menjawab apa. Hanya selang waktu sehari semalam saja ia sudah mendapatkan perlakuan tidak enak karena JKT48. Ia mencoba menolak ajakan Ivan baik-baik agar tidak menyinggung perasaannya.
“Hmmm, kan kemarin janjinya hari Sabtu… Kenapa tiba-tiba mau besok?”
“Yah, mumpung aku ada tiketnya nih… Yuk?”
“Hmmm… Engga ah, pasti yang nonton gak ada perempuannya.” balas Hana agak ragu takut menyinggung Ivan.
“Ada kok. Kalo kamu nonton. Hehehe :p” balas Ivan sedikit bercanda.
Setelah itu, Hana tidak menjawab email dari Ivan. Percakapan singkat itu pun berakhir tanpa kejelasan. Hana masih trauma akan kejadian tadi. Namun ia juga tidak mampu menolak ajakan Ivan. Malam itu pun berakhir tanpa percakapan chatting mereka berdua.
-oOo-
Keesokan paginya saat akan berangkat sekolah, Hana melihat photopack Jessica Verada yang Ivan berikan tempo hari. Gambar seorang gadis cantik menggunakan seragam sekolah. Wajahnya manis sekali. Pantas saja banyak laki-laki yang ngefans sama mereka.
Mungkin jika dibandingkan dengan wajah Jessica Veranda, wajah Hana masih jauh dari kata cantik. Seorang gadis berambut pendek sebahu, memakai kacamata minus, tidak fashionable alias memakai pakaian sehari-hari yang biasa saja untuk ukuran seorang gadis, dan wajah biasa gadis pada umumnya. Walaupun begitu, wajah Hana memiliki keunikan yaitu kepolosan. Wajah Hana memang tidak cantik, tapi memiliki unsur kepolosan yang lebih. Andai saja Hana mau dan mengerti fashion, mungkin saja ia bisa punya pacar selain buku-bukunya.
Setelah cukup berfikir dan membayangkan kesana-sini sambil memegang photopack, Hana pun meletakkannya kembali di meja belajar. Ia membongkar salah satu bingkai foto kecil miliknya yang bergambar anjing kesayangannya yang sudah mati. Ia pun membingkai photopack itu dengan rapi. Kemudian ia mengirim sms pada Ivan.
“Oke deh. Ayo nanti kita nonton teater. Apa aja yang harus aku bawa?” ketik Hana di sms.
-oOo-
Setelah mengirim sms, Hana berangkat ke sekolah. Begitu sampai di kelas, Hana duduk seperti biasa di bangkunya.
“Nah, ini dia dateng… fansnya JKT48. Hahaha…” riuh suara tawa seisi kelas menertawakan Hana.
“Eh Han, kamu tau kan fansnya JKT48 itu kebanyakan laki-laki jomblo lho. Hahaha… “ tawa seisi kelas semakin keras.
“Atau jangan jangan kamu…” suara seisi kelas meledak. Semua anak laki-laki menertawakan Hana. Semua anak perempuan hanya bisa saling duduk berbisik-bisik sambil matanya tertuju pada Hana sesekali.
Ditengah riuh rendah tawa teman sekelasnya, “Traakk..”, suara tempat pensil yang tadi Hana pegang terjatuh ke lantai. Hana kembali menitikkan air mata sambil terdiam.
“Emang apa salahnya punya idola?” ucap Hana sambil mencoba menahan suaranya agar tak terdengar sedang menangis. Hana pun memunguti isi tempat pensilnya yang berceceran di lantai.
Keadaan kelas menjadi hening seketika. Semua orang menjadi terdiam, entah merasa bersalah, entah kaget, entah heran. Hanya terlihat beberapa dari mereka satu per satu membuang muka dan mulai bingung dengan kondisi yang tidak mengenakkan ini.
“KRIIINNGGG!!!” bel awal mulai pelajaran memecah keheningan. Pelajaran dimulai dengan kondisi kelas yang masih mencekam akibat tangisan Hana tadi.
-oOo-
Saat pel pulang berbunyi, Hana bergegas pulang. Di satu sisi ia mencoba sesegera mungkin menghindari teman-teman sekolahnya. Di sisi lain, ia ingin segera bertemu Ivan. Tadi ketika jam istirahat Hana membaca sms balasan dari Ivan.
“Udah, kamu gausah bawa apa-apa. Cukup dandan biasa aja kok. Nanti sepulang sekolah aku jemput di rumah ya.” begitulah bunyi sms Ivan. SMS yang mempercepat langkah Hana ke rumah siang itu.
Sesampainya di depan rumahnya, ia melihat mobil terparkir di depan rumahnya.
“Pasti Ivan” batin Hana.
Segera ia masuk dan ternyata benar, Ivan telah menunggu. Tanpa  membuang waktu, Hana segera ganti pakaian dan langsung pamit untuk berangkat ke orang tuanya. Hana pun langsung ke beranda rumah tempat Ivan menunggu sejak tadi.
”Kamu bawa apa aja Van?” tanya Hana.
“Nggak bawa apa-apa kok. Cuma bawa duit buat tiket sama kita makan nanti.” balas Ivan sambil tersenyum.
“Yuk…”
Mereka pun segera naik mobil. Sepanjang perjalanan percakapan mereka tiada henti. Mobil Ivan pun terasa menjadi tempat yang sangat nyaman untuk Hana.
Sejenak Hana melihat sebuah surat terselip sedikit dari laci mobil. Sedikit terlihat sebuah foto kecil ukuran 2×3 menjadi segel dari surat itu. Sebuah foto kecil dengan wajah yang sama dengan photopack yang Ivan berikan untuk Hana. Wajah member JKT48, Jessica Veranda.
“Itu apaan Van?”, tanya Hana penasaran.
“Oh, ini… Ini cuman Fanlet” balas Ivan.
“Fanlet?” tanya Hana bingung sekaligus penasaran.
“Fanlet itu surat dari fans untuk member yang kita suka.” jelas Ivan.
“Ohh, emang mau kamu kasih ke siapa? Veranda ya?” goda Hana sambil bercanda ringan.
“Rahasia. Hehehe” balas Ivan. Mereka berdua pun terus melajutkan percakapan sepanjang jalan. Tak jarang Hana pun meledek Ivan dengan menggodanya tentang Jessica Veranda.
“Eh, aku bisa minta tolong sama kamu nggak Han?”, Ivan bertanya.
“Bisa, kenapa?”
“Tolong dong ini nanti kamu kasih ke Veranda waktu hi-touch.”, pinta Ivan sembari menyerahkan fanlet itu kepada Hana.
“Boleh aja, kenapa emang Van? Kok nggak ngasih sendiri?”
“Aku malu Han. Lagian biasanya member itu lebih welcome sama fans cewe. Ya, secara, fans cewe mereka kan emang belum banyak. Kalo fans cowo mah udah bejibun ampe bisa kali bikin partai sendiri.”
Mereka berdua pun tertawa.
-oOo-
Tak terasa candaan mereka menghabiskan waktu di perjalanan menuju tempat teater dilangsungkan, yaitu di fX Senayan. Mereka berdua pun segera mengantri untuk menukar tiket. Sejenak Hana melihat ke sekeliling sambil menghitung. Hanya ada sekitar empat orang perempuan yang ikut mengantri di Teater.
“Tuh kan… yang lihat cuman laki-laki semua. Gak ada perempuannya. Ada juga dikit banget” ucap Hana sedikit mengeluh, dalam hati ia panik.
“Ada kok… kamu kan perempuan Han. Hehehe” canda Ivan.
Hana tidak membalas candaan Ivan. Ia hanya diam berdiri rapat di samping Ivan.
“Tenang aja, kan kamu nontonnya sama aku. Hehehe…” ucap Ivan sedikit mencoba menenangkan Hana yang terlihat minder dikelilingi oleh ratusan laki-laki fans JKT48. Hana pun tersenyum. Kata-kata Ivan barusan cukup mengangkat semangatnya lagi. Setelah mengantri cukup lama, akhirnya mereka berdua mulai bingo. Sayangnya mereka tidak mendapatkan nomor bingo awal sehingga mau tidak mau mereka harus berdiri.
“Lho? Emang berdiri ya?” tanya Hana.
“Iya nih, soalnya nomor bingo kita dapat terakhir. Ya gini deh kita jadinya nggak kebagian kursi. Gak masalah kan?” tanya Ivan, merasa agak bersalah.
“Enggak kok” balas Hana sambil tersenyum.
Overture mulai menyala, para fans bersorak-sorak. Hana masih terlihat bingung saat pertama. Namun saat para member mulai keluar, Hana jadi terbawa suasana. Keseruan di dalam teater selama dua jam, sangat dinikmati oleh Hana dan Ivan. Tak jarang mereka berdua turut melakukan fanchant mix sepanjang teater. Hana pun menikmati show.
“Jadi begini yah performance di teater. Pantas saja cowo-cowo pada ngefans sebegitunya, termasuk Ivan.” batin Hana dalam hati sambil melirik ke Ivan di sebelahnya yang matanya sedang tertuju di panggung tanpa berkedip.
Setelah teater selesai, acara dilanjutkan dengan hi-touch dengan member. Tak terkecuali Ivan dan Hana. Mereka melakukan hi-touch dengan member dengan antusias.
Tibalah saatnya Ivan melakukan hi-touch dengan Veranda. Wajahnya terlihat sangat bahagia. Ivan sempat mengucapkan beberapa kata selamat dan semangat sebelum akhirnya tiba giliran Hana.
“Terimakasih sudah datang Kak.” sapa Jessica Veranda dengan ramah ketika tangan Hana beradu dengan tangannya saat hi-touch.
“Ini dia Veranda. Gadis yang memang sangat ramah. Pantas saja Ivan suka sama dia.”, Hana membatin di dalam hati.
Acara pun selesai. Mereka melanjutkan dengan makan malam. Kemudian Ivan pun mengantarkan Hana pulang ke rumah. Malam itu pun Hana sangat puas bisa menemani Ivan nonton teater.
-oOo-
Usai mandi, Hana pun duduk di meja belajarnya. Ia hendak chatting kembali ngobrol dengan Ivan sebelum sesuatu menangkap pandangan matanya.
Hana menemukan sebuah kertas terselip di tasnya.
“Astaga, ini kan fanletnya Ivan buat Veranda. Kenapa ada disini…”, sambil terkaget Hana mengambil fanlet itu.
“Aduh, kasian Ivan, fanletnya nggak jadi kusampein ke Veranda gara-gara terselip di tas ku.”, ucapnya panik.
Hana pun membuka aplikasi chattingnya. Ia buru-buru bilang pada Ivan.
“Van, fanlet kamu ketinggalan di tas ku!!! Aduh maaf banget…”, tulis Hana sambil panik.
Tidak ada jawaban apapun dari Ivan di chat sampai 5 menit. Hana mencoba kembali ngechat Ivan.
“Van…”
“Van, fanletmu lupa aku kasi nih, gimana dong?”
“Van, aku harus gimana? Apa aku kasih ke staff aja besok ya?”
“Van…”
Masih belum ada jawaban hingga satu setengah jam. Hana panik. Ia sangat merasa bersalah. Sambil terus melihati fanlet itu, Hana terus menunggu di depan komputer sambil memikirkan cara untuk membayar kesalahan fatalnya kali ini. Hana sangat panik, ia sangat takut Ivan marah padanya.
Tiba-tiba terdengar suara ‘triitt’. Ada chat masuk!!! Semoga itu Ivan!! Hana langsung membuka chat dan benar ternyata itu Ivan yang membalas chat.
“:)”, hanya emoticon tersenyum yang Ivan tuliskan. Hana pun bingung setengah mati.
“Van, gimana dong, aku harus gimana nih. Maaf banget Van… T.T”, ketik Hana dengan penuh penyesalan. Ia sangat takut emoticon barusan. Ia sangat takut Ivan merasa kecewa. Namun, untuk menjaga perasaan Hana, Ivan hanya membalas emoticon senyum tersebut, begitu pikir Hana.
“Van…”, Hana pun mulai menitikkan air mata panik. Ia sudah tidak tahu harus berbuat apalagi. Sampai akhirnya chat dari Ivan kembali masuk.
“Nggak papa kok Han… Aku nggak marah kok… Coba kamu buka deh itu fanletnya… :) ”
Lagi-lagi emoticon senyum itu. Hana pun membalas chat Ivan.
“Tapi Van, ini kan buat Veranda. Masa aku buka?”
“Besok aku ke teater lagi deh ya aku kasih fanlet ini ke staff deh ya…”
“Maafin aku Van, aku bener-bener lupa… Maaf… T.T”
Tidak ada jawaban lagi sama sekali dari Ivan. Hana pun bingung setengah mati. Ia tahu Ivan sebenarnya marah. Hana tidak tahu harus berbuat apalagi.
Akhirnya dengan penuh keraguan, Hana mulai membuka fanlet itu sesuai dengan perintah Ivan. Di satu sisi, Hana sebenarnya penasaran dengan isi sebuah surat dari fans kepada idolanya. Tapi di sisi lain Hana merasa tidak enak membuka fanlet orang. Namun, karena chat terakhir Ivan pun meminta Hana untuk membukanya, maka Hana pun memberanikan dini membuka fanlet itu.
Ia membuka segel fanlet, terbuat dari sebuah foto 2×3 Veranda yang ditempel dengan lem di penutupnya. Sebuah surat yang sangat berbentuk dan bermotif cantik yang diberikan oleh seorang laki-laki kepada perempuan. Sebuah surat yang mungkin berisi curahan perasaan seorang fans pada idolanya.
Hana pun mulai membaca surat itu…

Dear Jessica Veranda…
Hai… perkenalkan namaku Ivan. Aku fans kamu loh. ^_^
Aku baru pertama kali nonton teater JKT48 hari ini. Soalnya dulu aku tinggal di Bangkok, makanya nggak bisa nonton dari dulu. Baru 2 hari yang lalu aku ke Jakarta lagi, dan aku bener-bener seneng akhirnya bisa nonton JKT48 teater langsung. Hehehehe…
Oiya, Ve, hari ini aku nonton sama temen perempuanku sejak kecil. Namanya Hana. Dia anak yang sangat pendiam. Anak yang pemalu, yah kurang lebih sama seperti kamu. Tapi dia terlalu tertutup. Aku sangat ingin suatu saat nanti Hana bisa jadi seperti kamu Ve. Punya banyak teman, punya banyak keceriaan, dan yang paling penting, berhenti selalu menyalahkan dirinya sendiri. Iya Ve, dia terlalu menutup diri dari lingkungannya.
Tapi Ve, aku juga mau bilang, terimakasih sudah menjadi bagian yang mewarnai hari-hari aku. Aku senang banget punya idola seperti kamu, ramah dan cantik. Yap, tapi itu semua cuma sebatas fans dan idolanya kok. Nggak ada permainan perasaan di dalamnya. Karena… karena aku sudah punya seseorang yang sudah memiliki perasaan aku ini. Hehehehehe… ^_^
Heemmm, entah kenapa aku juga punya firasat, fan letter ini akan ada kemungkinan nggak sampai ke tangan kamu Ve. Tapi aku tetep ingin orang yang memegang fanlet ini tetap membaca fanlet ini, walaupun itu bukan kamu Ve.
Yap, karena pada siapapun yang membaca fanlet ini. Aku cuma mau bilang. Aku sangat sayang sama temanku yang satu itu. Temanku sejak kecil. Temanku yang mungkin hanya punya satu teman laki-laki, yaitu aku. Temanku yang aku selalu ingin ia tumbuh menjadi perempuan yang lebih periang. Kenapa? Karena aku yakin dia mampu. Temanku yang (mungkin) sedang membaca fan letter ini.
Hana, I Love You.
-Ivan-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar